Islam Rahmtan Lil alamin Dalam Bingkai Amar Ma’ruf Nahi Munkar



Islam Rahmatan Lil’alamin Dalam Bingkai Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Pidato Juara Harapan 1 di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan

Disampaikan Oleh:
R. Alim bin Abd. Wahhab

Karya: Santri Pondok Pesantren Gedangan.


Akhi Fillah Rahimakumullah
Nabi Muhammad Saw hadir ke dunia membawa misi Islam rahmatan lil’alamin. Rahmat bagi seluruh alam semesta, baik bagi kita yang muslim maupun bagi mereka yang non-muslim. Sebagaimana termaktub dalam Surat al-Anbiya’, ayat 107:
وَمَا أرسلناك إِلاَّ رَحْمَةً للعالمين
Kami tidak mengutus kamu Muhammad kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Sebagai manifestasi dari rahmatan lil’alamin, maka keberadaan Islam di muka bumi selalu eksis sebagai pelopor terciptanya kebaikan, kedamaian dan kasih sayang antar sesama. Bukan sebaliknya, sebagai momok menakutkan munculnya tindakan radikalisme, anarkisme dan terorisme. Betul? Karenanya, Islam memberi hak dan jaminan yang sempurna dan paripurna kepada ummat muslim. Hartanya menjadi haram dicuri dan dirusak. Jasadnya dilarang keras disakiti dan didzalimi. Harga dirinya sangat tidak boleh dijatuhkan dan dicemarkan. Apalagi dilakukan pembantaian dan pengeboman, Dar dar dar, sebuah tindakan yang tidak berprikemanusiaan dan sangat jauh dari norma-norma agama. Kepada non-muslim pun, Islam menjungjung tinggi sikap toleransi, hidup berdampingan dengan penuh keharmonisan dan perdamaian, selama dalam batas dzahir, tidak menyangkut masalah ideologi dan keyakinan. Saling bahu membahu dalam interaksi sehari-hari sebagai implementasi dari ikatan ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah basyariyah.
Dalam Haditsnya, Nabi Muhammad Saw bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ. وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ
Orang Islam adalah orang yang orang lain selamat dari mulut dan tangannya.
Sedangkan orang mukmin adalah orang yang orang lain aman dari darah dan harta mereka.

Karena itu, belum dianggap muslim yang kaffah, mereka yang beribadah kepada Allah Swt tapi tidak ramah kepada sesama muslim. Yang ramah kepada sesama muslim pun belum dianggap muslim yang baik, kalau mereka jahat kepada mereka yang non-muslim. Muslim yang kaffah adalah mereka yang baik kepada Allah Swt, baik kepada sesama muslim dan baik pula kepada non-muslim.
Sabda Nabi Muhammad Saw:
إنهُ لَيْسَ بِرَحْمَةِ أَحَدِكُمْ صَاحِبَهُ وَلكِنّهَا رَحْمَةُ العَامَّةِ
Sesungguhnya kasih sayang itu bukan hanya diantara kamu saja. Tapi kasih sayang kepada seluruh ummat manusia.

Inilah Islam rahmatan lil’alamin. Islam yang membawa kasih sayang dan kedamaian seluruh alam.

Akhi Fillah Rahimakumullah
Konsep rahmatan lil’alamin tersebut harus menjadi pijakan kuat dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar bagi seluruh ummat Islam, khususnya bagi peda’i, penceramah dan seluruh orator. Sampaikan kata mutiara hikmah dengan cara-cara yang menyejukkan, menyentuh hati dan penuh cinta. Dengan pola  mengajak bukan mengejek. Penuh adab bukan biadab. Membina bukan membinasakan. Betul?
Bukan karena mereka melakukan kekerasan, lalu kita amar ma’ruf dengan cara yang keras dan tak beraturan. Bukan karena mereka tidak bermoral, lalu kita nahi munkar dengan cara yang tidak santun dan tidak sopan. Bukan karena mereka non-muslim, lalu kita bunuh dan kita porak-porandakan.
Sabda Nabi Muhammad Saw:
مَنْ أَمَرَ بِمَعْرُوْفٍ فَلْيَكُنْ أَمْرُهُ بِمَعْرُوْفٍ
Barangsiapa yang memerintahkan kebaikan, maka harusnya dilakukan dengan baik.

Kalau kita beramar ma’ruf nahi munkar dengan amoral dan kekerasan, maka berpotensi besar timbulnya sikap menolak, menentang bahkan melawan, sehingga hanya mendatangkan mafsadah yang lebih besar yang sangat tidak kita inginkan. Tujuan dakwah yang sebenarnya sebagai media syi’ar kebenaran dan menciptakan kebaikan, tapi ternyata menjadi biang konflik dan kehancuran ummat.
Karenanya, dalam Ali Imran ayat 159, Allah Swt berpesan kepada Nabi Muhammad Saw:
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ اْلقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ 
Kalau engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.

Ini Nabi Muhammad saudara. Nabi yang tidak kenal dosa. Nabi yang tidak punya catatan hitam dan sejarah kelam di masa lalu, masih dilarang bersikap keras dan kasar agar misi dakwahnya berjalan dengan sukses. Apalagi kita yang penuh dosa dan dusta, tentu harus merasa lebih dilarang dan tidak diperbolehkan. Betul? Kita pun tahu Nabi Muhammad Saw adalah makhluk terbaik, tertampan, terindah, paling disegani, paling dihormati. Sementara kita, wajah pas-pasan, bahkan banyak yang jelek kayak saya, hitam, kelabu dan merk-merk yang lain yang tidak enak disebutkan. Tidak marah saja sudah kelihatan jelek, apalagi marah-marah. Bisa jijik mereka ketemu kita, apalagi main kasar dalam melakukan dakwah Islam.
Dalam kalam hikmah disebutkan:
اَلمَاءُ مَعَ رِقَّتِهِ يَقْطَعُ اْلحَجَرَ مَعَ شِدَّتِهِ
Air dengan kelembutannya dapat memotong batu dengan bentuk kerasnya.

Sehingga dalam  amar ma’ruf nahi munkar membutuhkan waktu, kesabaran dan ketabahan agar pesan-pesan ilahiyah dapat menembus dinding kerasnya kefasikan dan kekufuran manusia, sehingga mereka sadar kebenaran Islam secara utuh. Mereka paham keindahan berislam dan beriman kepada Allah Swt dan RasulNya, Muhammad Saw.
Dalam historis Qur’ani, juga dituturkan bahwa Allah memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun untuk menasihati Fir’un dengan lemah lembut, meskipun dia adalah raja kejam dan mengerikan. Perintah Allah Swt:
إِذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إنَّهُ طَغَى, فَقُوْلَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا 
Pergilah kalian Harun dan Musa kepada Fir’un, sesungguhnya dia telah melampai batas, maka bicaralah kamu berdua dengan lemah lembut.

Ini kepada Fir’un saudara. Kepada Fir’un si raja diktator. Manusia paling kejam. Munusia paling sombong, bahkan mengaku tuhan, masih diperintahkan lemah lembut kepadanya. Apalagi kepada ummat Islam yang tidak puasa di Bulan Ramadhan. Kepada ummat Islam yang masih hoby di club malam. Kepada ummat Islam yang enggan berhaji. Sangat harus kita menggunakan pendekatan yang santun dan bijaksana. Bukan langsung main kekerasan dan tindakan anarkisme dengan memukul dan melukainya. Bukan pula dengan cara mencaci, menghina, menghujat dan menggunakan kata-kata kotor dan sumpah serapah kepada mereka. Betul?

Akhi Fillah Rahimakumullah
Nabi Muhammad Saw bersabda:
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه, الحديث
Redaksi hadits فليغيره بيده ini menjadi rujukan bagi beberapa orang untuk melegalkan tindakan kekerasan kepada siapapun yang melakukan kemunkaran dan kemaksiatan. Sehingga setiap melihat kemunkaran, maka kekuatan tangan yang mereka gerakkan. Kekuatan benda keras yang mereka pakai. Kekuatan fisik yang terus mereka budayakan. Sedangkan dalam Tafsir al-Qurthuby disebutkan:
اَلْأَمْرُ بِالْمَعْرُوْفِ بِالْيَدِ عَلى الْأُمَرَاءِ وَبِالِّلسَانِ عَلى اْلعُلَمَاءِ وَباِلْقَلْبِ عَلى الضُّعَفَاءِ
Melakukan amar ma’ruf dengan tangan itu bagi pemerintah, dan dengan ucapan adalah bagi ulama, dan dengan hati adalah bagi orang-orang yang lemah.

Sekali lagi. Amar ma’ruf nahi munkar dengan tangan itu hanya boleh dilakukan oleh pemerintah. Bukan ulama. Bukan pula ustadz. Apalagi bagi mereka yang belum jelas statusnya. Dengan demikian, kita harus kembali kepada konsep rahmatan lil’alamin dengan menunjukkan sikap toleran, moderat dan berakhlak dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar kepada mereka yang belum mendapat sinar cahaya hidayah Allah Swt.

Related Post

Previous
Next Post »

Terima Kasih atas kunjungan Anda di Gedangan Online